SWEET LIAR
 
Cast              : Park Chanyeol, Yoo Chichan, Zhang Yixing
Genre            : Romance
Length          : FF Oneshoot
“Aku menyukai Chichan.”
Kalimat itu sukses membuat mata bulatku membelalak. Aku harap aku salah dengar.
“Aku menyukai Chichan. Kau mau kan jadi pacarku?” pemuda di hadapanku itu mengulang pernyataannya.
“Ma-maaf, Yixing Gege. Aku hanya mencintai Chanyeol Oppa…” jawabku lirih sambil memainkan ujung bajuku.
Aku tidak sanggup menatap wajahnya. Aku tidak ingin membuat hati 
Yixing yang lembut itu terluka. Maaf Gege… Aku sudah punya Chanyeol.
“Ah, maaf. Kau pacar sahabatku. Tidak seharusnya aku mengatakan ini. Maafkan aku. Aku….”
Cuppp! Dengan cepat bibir tipis Yixing menyambar pipiku.
“Gege!” ucapku tidak percaya dengan apa yang telah dilakukannya terhadapku. 
“Chichan! Ya Tuhan… Jadi seperti perbuatanmu di belakangku?!”
“Chanyeol?!” Aku dan Yixing menoleh bersamaan.
Chanyeol memandangku dan Yixing bergantian. Kilatan kemarahan 
terlukis jelas di wajah tampannya. Dia salah paham dengan ini. Aduh, aku
 harus bagaimana? Matilah aku!
 ***
Seharian aku mengurung diri di kamar. Mataku bengkak seperti disengat
 lebah karena semalaman menangis. Kejadian kemarin membuatku gila. 
Chanyeol benar-benar marah padaku dan Yixing Gege tanpa memberikanku 
kesempatan untuk menjelaskan. Walaupun kata-kata putus belum terucap 
dari bibirnya, tapi aku merasa sudah kehilangan harapan. Hubungan ini 
sepertinya tidak bisa diselamatkan. Aaargh! Bunuh aku!!! Aku kembali 
menyembunyikan wajahku di bantal karena menangis.
Suara pesan masuk mengganggu kekhusyukan tangisanku. Aku menghapus 
airmataku dan segera meraih ponsel. Dengan semangat aku membuka pesan 
itu dengan harapan Chanyeol lah pengirimnya. Namun harapanku musnah 
ketika membaca nama Yixing di layar ponsel.
– Chichan, maafkan Gege. Aku benar-benar menyesal. Bisakah kita 
bertemu? Aku berencana menjelaskan semuanya pada Chanyeol agar dia tidak
 salah paham. Aku tunggu sekarang di depan rumahmu. –
"Hhh…."Aku menghela napas.
Sekarang? Aku belum makan, belum mandi, dan
 wajahku kumal seperti ini. Dia pasti becanda. Aku melangkah mendekati 
jendela kamar.
"Yixing?! Dia tidak main-main dengan ucapannya!"
Pemuda bertubuh 
atletis itu melambaikan tangannya begitu melihatku di lantai dua. Ia 
berdiri dengan santai di dekat mobilnya. Hhh... Mau tidak mau aku harus bersiap-siap. Aku pun melangkah menuju kamar mandi.
Dua puluh menit berlalu....
Setelah mandi, aku hanya berdandan seadanya.
 Masa bodoh dengan mata bengkak atau wajahku yang terlihat pucat tanpa 
sentuhan make up sedikit pun. Aku benar-benar sedang tidak mood untuk 
melakukan apapun. Segera aku temui Yixing yang menunggu di mobilnya. 
Tanpa banyak bicara, ia membawaku ke sebuah kafe donat. Suasana kali ini terasa begitu kaku. Tidak ada seorang pun di antara 
aku ataupun Yixing yang berbicara. Aku hanya memandang donat teh hijauku
 dengan tatapan kosong.
“Aku tidak bermaksud merusak hubunganmu dengan Yeol. Aku sadar jika 
aku telah melakukan hal bodoh. Aku memang salah telah lancang 
mencintaimu,” tutur Yixing mengakhiri kebisuan di antara kami.
Aku berusaha tersenyum walaupun aku tahu senyumku malah terlihat mengerikan.
“Tidak ada yang salah dengan perasaanmu, Gege. Cinta tidak pernah 
salah. Hanya situasinya saja yang salah. Siapapun berhak mencintai 
seseorang. Jangan menyalahkan dirimu sendiri,” ucapku tulus dan berusaha
 membesarkan hatinya.
Entah darimana aku mendapatkan kata-kata itu. Aku merasa takjub 
dengan diriku sendiri yang mampu berkata bak seorang motivator seperti 
itu. Ah, Chichan… seharusnya aku yang butuh seorang motivator, seorang 
pembangkit semangat. Tapi aku malah sok kuat dan sok menguatkan orang 
lain. Aku tidak tega melihat Yixing gege. Dia adalah pemuda yang sangat 
baik dan berhati lembut. Aku tidak bisa marah ataupun menyakiti hatinya 
yang selembut kapas itu.
Prok! Prok! Prok! Tiba-tiba seseorang mendekatiku sambil bertepuk tangan.
Chanyeol?! Lagi?! Ya Tuhan, apa salahku?!
Kakiku lemas. Lidahku kelu. Berakhir sudah semuanya….
“Chanyeol ah. Ini tidak seperti yang kau lihat,” kata Yixing berusaha menjelaskan.
“Diam kau! Sahabat macam apa kau ini, hah?!” bentak Chanyeol. Beruntung kafe itu sedang sepi.
“Oppa, jangan kasar padanya,” pintaku dengan mata berair.
“Oh, jadi sekarang kau membelanya? Kau lebih memilih Yixing daripada 
aku? Setelah kejadian kemarin dan hari ini, semuanya semakin jelas. 
Tidak ada yang perlu dipertahankan lagi,” kata Chanyeol tegas dan 
dingin.
Pppu-putus??? Aku menggigit bibirku agar airmata itu tidak jatuh semakin banyak.
“Kau harus dengarkan aku dulu, Chanyeol! Chichan tidak bersalah, aku yang salah.”
Yixing berusaha menjelaskan pada Chanyeol. Namun Chanyeol menepis tangan Yixing dengan kasar. Tatapannya sedingin es.
“Aku tidak akan menarik kata-kataku,” desis Chanyeol dingin kemudian pergi meninggalkanku dan Yixing berdua.
Mataku memerah berusaha menahan airmata yang daritadi akan tumpah. 
Yixing memandangku dengan sorot mata sedih. Kedua tangan kekarnya 
merengkuh tubuhku. Aku tidak apa-apa…
“Aku antar kau pulang,” kata Yixing lembut.
***
Berkali-kali aku menghubungi Chanyeol tapi dia tidak mau mengangkat 
teleponku. Aku terduduk lemas di tepi ranjang. Aaahhh… Kenapa aku 
menangis lagi?!
-Oppa… Ini semua salah paham. Berilah aku kesempatan. Aku masih sangat mencintaimu. –
Aku berusaha mengirimkan pesan ke Chanyeol dan berharap ia akan mengerti.
Drrrttt… Drrrttt…. Ponselku bergetar. Aku melonjak kegirangan. Oppa membalas pesanku!
-Baiklah. Kalau kau memang serius, kau harus melakukan apa yang aku minta. Setuju?-
Tanpa pikir panjang, aku langsung menjawab setuju. Aku akan melakukan
 apapun agar hubunganku bisa dipertahankan. Beberapa menit kemudian 
Chanyeol menelponku.
“Halo Oppa………… Benar, aku akan melakukan apapun yang kau minta……………….
 Apa?!…………….. Tidak, tidak! Aku tidak keberatan!………………….. Oke aku ingat.
 Pukul sebelas malam ini di Daebak Cafe………… Tunggu aku, Oppa.”
Klik.
Hhhhhhh…… Aku menarik napas panjang. Permintaan Chanyeol kali ini 
akan menjatuhkan harga diriku. Ah! Aku membanting bantal ke lantai. Ini 
juga karena aku yang terlalu lemah. Aku lemah karena cintaku padanya 
yang sangat besar. Aku tidak bisa membayangkan akan melakukan hal itu 
nanti malam. Demi cinta, aku harus kehilangan muka kali ini. Tolol!
Malamnya…..
Sudah setengah jam aku menunggu di kafe ini. Tapi Chanyeol sama 
sekali belum menampakkan batang hidungnya. Aku jadi ragu dia akan 
datang. Mungkin dia hanya ingin balas dendam lalu mengerjaiku agar dia 
puas. Aku harap Chanyeol cepat datang agar aku bisa segera pulang. Orang
 tuaku akan marah besar jika aku pulang di atas jam 12 malam. Aku kembali melirik jam tangan. Lima menit lagi waktu akan 
menunjukkan pukul 12 malam. Haruskah aku pergi? Tapi aku harus 
mendapatkan Chanyeol kembali! Dia adalah resolusi seumur hidupku. Oke 
baiklah, tunggu saja Chichan… Tunggu saja… Dia pasti akan datang.
“Kau datang?” tanya Chanyeol dengan wajah yang menyebalkan.
“Aku akan tepati janjiku,” jawabku tegas.
“Oh, kalau begitu buktikan,” tantang Chanyeol.
Hhhh… aku menghela napas dan bangkit menuju ke tengah-tengah kafe. 
Astaga, kenapa malam ini banyak sekali pengunjung? Biasanya juga tidak 
seramai ini. Sepertinya Dewi Fortuna tengah membenciku.
Aku memandang sekelilingku dengan galau. Sementara itu Chanyeol 
memainkan matanya, memberikan kode agar aku melakukan permintaan 
gilanya. Aku menelan ludah dan mengumpulkan semua keberanianku. Chichan 
yang pemalu, sekarang saatnya!
“Chanyeol Oppa!!!” teriakku keras.
Mendadak seluruh perhatian tertuju padaku yang berteriak seperti 
orang kesetanan. Mendapat perhatian yang luar biasa seperti ini membuat 
tubuhku gemetaran. Aku gugup.
“Aku memang gadis bodoh dan jelek. Aku berselingkuh dengan sahabatmu!” teriakku lantang.
Sontak seisi kafe heboh mendengar pengakuannku. Aku mulai mendengar 
celaan dari para pengunjung itu. Mereka berbisik satu sama lain. Aku 
tidak tahu apa yang mereka bisikkan, namun aku yakin pasti mereka sedang
 mencelaku. Chanyeol mengangguk-ngangguk lalu memberikan kode melalui 
matanya agar aku melanjutkan kalimatku.
“Tapi aku berjanji tidak akan melakukannya lagi. Park Chanyeol, maukah 
kau menerimaku lagi?!” aku melanjutkan kalimatku hingga tuntas.
Aku sudah tidak peduli lagi dengan reputasiku dan celaan pengunjung lain. Aku hanya ingin mendengar jawaban Chanyeol.
“Terima kasih atas pengakuanmu, Chichan. Tapi aku sudah tidak mencintaimu.”
Deggg!
Rasa maluku tergantikan oleh rasa sakit yang memenuhi perasaanku. 
Mendadak dadaku terasa sesak. Apa-apaan ini Chanyeol? Dia sengaja 
melakukan ini…. Dia benar-benar hanya ingin balas dendam. Dan yang 
paling tolol, aku mengikuti permainannya dengan polos. Aku salah… aku 
salah telah mencintaimu, Park Chanyeol. Pengorbananku sia-sia, musnah 
seketika oleh satu kalimat kejam darinya. Aku hanya bisa mematung di 
tempatku sambil meneteskan airmata. Biarkan saja para pengunjung itu 
melihatku, biarkan saja mereka mencelaku. Aku tidak peduli. Semuanya 
sudah berakhir.
Chanyeol melewatiku begitu saja. Ia keluar dari kafe dengan santainya
 tanpa peduli padaku. Bahkan dengan sengaja ia menabrak bahuku ketika 
melewatiku. Biarkan saja dia pergi. Aku tidak sanggup mengangkat 
kepalaku saat ini. Biarkan aku mengumpulkan seluruh ketegaranku untuk 
melangkah keluar dari kafe ini.
Setelah aku merasa cukup tegar, aku hapus airmataku. Kemudia aku angkat kepalaku dan segera berbalik untuk meninggalkan kafe.
“Ya Tuhan!” Aku terkejut mendapatkan ada seorang pemuda yang tengah tersenyum ke arahku.
“Selamat ulang tahun, Chichan. Hehehe,” ucap Chanyeol sambil 
membawakan sebuah Red Velvet Cake untukku dengan lilin berangka dua dan 
satu. Yixing berada di sebelahnya ikut tersenyum.
Mendadak seisi kafe ramai oleh riuh rendah suara pengunjung. Mereka bertepuk tangan sambil menyanyikan lagu ulang tahun untukku.
Chanyeol…….!!!! Jadi ini??? Mendadak tubuhku lemas lagi. Aku malah 
menangis sambil duduk di lantai. Pemuda itu benar-benar ingin membuatku 
terkena serangan jantung. Chanyeol ikut duduk di depanku setelah meminta
 Yixing memegang kuenya.
“Kau terlalu sibuk memikirkanku sampai lupa hari ulang tahunmu sendiri,” ucap Chanyeol lembut sambil membelai rambutku.
“Jadi ini semua rencanamu?” tanyaku sambil menangis terisak-isak. Chanyeol mengangguk sambil tersenyum.
“Maafkan aku Chichan. Aku hanya memenuhi permintaan sahabatku,” ucap Yixing tersenyum jahil.
“Oppa, kau tega sekali meminta pria lain menciumku!” protesku sambil menghapus airmata.
“Kau pikir aku tidak cemburu?! Aku hampir mati karena terlalu cemburu,” sahut Chanyeol kesal.
“Lalu kenapa kau meminta gege melakukannya?!”
“Karena aku mencintaimu, Chichan. Aku ingin memberikan kenangan yang 
mengesankan untukmu. Aku ingin kau tetap mengingatku. Aku ingin semua 
yang aku lakukan jadi spesial khusus untukmu. Aku-”
Cupp! 
Bibir itu aku bungkam dengan sebuah kecupan lembut sehingga ia tidak sempat melanjutkan kata-katanya.
“Oooohhhh….. manis sekali……” Pengunjung kafe mulai menggoda kami.
Biarkan, biarkan saja. Harga diriku sudah jatuh sedari tadi gara-gara
 Chanyeol. Biarlah aku menjatuhkannya lagi dengan kecupanku untuknya di 
tempat umum. Yixing mulai berdehem. Aku dan Chanyeol menghentikan ciuman
 itu dengan wajah merona. Kami pun bangkit.
“Semuanya… Terima kasih atas kerjasamanya,” ucap Chanyeol sambil membungkukkan badannya di depan para pengunjung.
Park Chanyeol. Kau rela melakukan hal konyol seperti ini. Kau 
merencanakan semuanya dengan sempurna khusus buatku. Kau benar-benar 
telah gila olehku.
Aku memandangnya dengan takjub. Otaknya brilian sekali. Ia sukses membuatku hampir mati.
Pria ini….. Ah, aku mencintainya!
 – TAMAT –
N.B : Cerita ini aku sadur dari salah satu blog fanfiction. Kalau mau baca FF lengkapnya, silahkan meluncur ke nomujoha.wordpress.com . Enjoy ^^